Tiga perempuan Zimbabwe, Afrika, yang dituduh telah mengoperasikan jaringan yang menculik dan memerkosa sejumlah pria yang diberi tumpangan demi mendapatkan sperma mengklaim bahwa mereka hanya pekerja seks komersial (PSK) biasa.
Sophie Nhokwara (26 tahun), adiknya Netsai (24 tahun), dan Rosemary Chakwizira (28 tahun), hadir di pengadilan di Harare, Zimbabwe, Jumat (14/10/2011), untuk menghadapi tuduhan telah melakukan penyerangan secara seksual. Bersama Thulani Ngwenya (24 tahun), yang diduga pacar salah satu perempuan itu, mereka dituduh mengoperasikan sebuah jaringan yang ingin mendapatkan sperma dengan target orang-orang mereka beri tumpangan di kendaraan mereka.
Mereka didakwa terkait tiga insiden. Namun sudah lebih banyak korban yang melapor setelah ada penyelidikan polisi terhadap serangkaian penculikan dan serangan seks. Laporan dari Zimbabwe menggambarkan tren yang mengkhawatirkan tentang lelaki yang ditawari tumpangan, tapi kemudian yang dibius dan dibawa ke tempat-tempat terpencil oleh para penyerang perempuan. Para pria tersebut kemudian dipaksa untuk melakukan hubungan seks dengan para perempuan itu, kadang-kadang tanpa pengaman (kondom) dan di bawah todongan senjata, sebelum para perempuan pemerkosa itu mengumpulkan sperma mereka, lalu korban diturunkan di pinggir jalan. Ada dugaan, praktek pengumpulan sperma dengan modus penculikan dan pemerkosaan itu terkait ritual ilmu hitam.
Menurut laporan Radio Nehanda Zimbabwe, ketiga perempuan tersebut membantah tuduhan itu. Ketiganya menyatakan, mereka hanya pekerja seks biasa.
Sebanyak 17 terduga korban telah diidentifikasi sejauh ini termasuk seorang tentara dan seorang polisi. Kedua korban terakhir itu mengalami kekerasan seksual berupa dipaksa berhubungan seks dan tanpa menggunakan kondom.
Keempat tersangka tampil di depan hakim Harare, Kudakwashe Jarabini, selama hampir satu jam, Jumat, untuk mendengar tiga dakwaan yang dibacakan atas mereka. Dituduhkan, pada 3 Maret lalu keempat orang itu mengangkut seorang pria 19-tahun di Budiriro, Harare, ketika orang itu dalam perjalanan menuju ke kota tersebut. Di sepanjang jalan, menurut dakwaan itu, para perempuan diduga menyemprotkan remaja itu dengan bahan kimia yang membuatnya merasa pusing sebelum membawa dia ke sebuah semak-semak. Di sana, anak muda itu dipaksa untuk minum ramuan perasang hasrat seksual dan dipaksa untuk melakukan hubungan seks dengan ketiga perempuan itu dengan menggunakan kondom.
Berdasarkan dakwaan kedua, keempat orang itu dituduh telah mengangkut seorang prajurit yang tidak mengenakan seragam di Norton pada 22 Agustus sebelum membawanya ke jalan berdebu terpencil. Para jaksa mengklaim, salah satu dari mereka membawa pistol dan mengancam akan menembak tentara itu jika ia menolak untuk berhubungan seks tanpa kondom dengan mereka.
Tuduhan ketiga menyatakan, pada 14 September keempat orang itu mendekati seorang polisi yang tidak berseragam di Chinhoyi. Mereka bertanya tentang arah jalan. Yang selanjutnya terjadi, mereka mengikat polisi itu di dalam mobil. Geng itu diduga telah menyemproti dia dengan zat yang tidak diketahui sebelum memaksanya berhubungan seks tanpa kondom dengan mereka, lalu membuang dia dari kendaraan.
Dakwaan itu juga menyebutkan bahwa dengan menggunakan mobil yang berbeda, geng tersebut menyasar 14 pria lain dengan taktik serupa.
Mereka ditangkap setelah para detektif di Gweru, menyita 33 kondom bekas dari kendaraan mereka menyusul laporan tentang serangan terhadap para pria yang mendapat tumpangan di kota itu. Kepala polisi Midlands, Asisten Komisaris Senior Charles Makono, mengatakan, ketiga perempuan itu dicurigai setelah mereka bertanya kepada petugas apakah mereka bisa mengambil sebuah kantong kondom dari mobil mereka, yang baru saja terlibat kecelakaan. Chakwizira dan Nhokwaras bersaudara yang berasal dari Mkoba 4, Gweru, langsung ditangkap bersama teman pria mereka yang bertindak sebagai sopir. Si pria juga menghadapi tuduhan pembunuhan setelah kecelakaan fatal di mana ia menabrak pejalan kaki hingga tewas.
Radio Nehanda Zimbabwe sebelumnya melaporkan, stasiun polisi di Gweru dikepung massa yang marah yang ingin melihat trio yang ditangkap itu. Seorang warga lokal di Gweru, yang berada di luar kantor polisi itu, pekan lalu, mengatakan, ketiga perempuan tersebut dikenal di kota itu dan secara teratur mengujungi klub malam di sana.
Harry Muhammad Misi kepada Radio Nehanda Zimbabwe mengatakan, "Kami sangat terkejut dengan apa yang terjadi dalam masyarakat kami, di mana laki-laki sekarang diperkosa perempuan. Tampaknya dunia telah terbalik sekarang. Namun, bagaimana mereka bisa hidup dengan tindakan seperti itu? Pada kasus ini, biarkan hukum bekerja. Kami biasa minum bersama mereka di Uptown Night Club, dan kami tidak tahu bahwa mereka berada di belakang kasus tersebut."
Polisi telah meminta para korban untuk datang ke kantor polisi guna membantu mengidentifikasi penyerang mereka. Polisi juga berharap bisa mencocokkan bekas sperma yang ada di kondom-kondom itu dengan sejumlah korban melalui tes DNA.
Sidang atas kasus itu masih akan berlanjut.
Artikel Terkait: