Iming-iming gaji yang berlipat ganda jika bekerja di luar negeri tak menggoyahkan mereka.
Sebanyak satu dari sepuluh anak muda Filipina memilih untuk tetap tinggal di tanah air mereka, daripada harus pindah ke luar negeri. Pilihan yang kurang lazim diambil anak muda zaman sekarang, namun inilah yang sesuai dengan panggilan hati mereka.
Knox Balbastro yang bekerja sebagai copywriter di sebuah agen periklanan di Manila adalah salah satunya. Seumur hidupnya, kedua orangtuanya bekerja di luar negeri sehingga masa kanak-kanaknya lebih banyak dihabiskan bersama kakek dan neneknya.
"Saya coba berpikir tentang bisa atau tidaknya saya tinggal di luar negeri seperti orangtua saya. Akhirnya saya memutuskan bahwa saya tidak bisa, karena saya selalu mencintai Filipina," kata wanita berusia 28 tahun ini, seperti dimuat kantor berita BBC Senin 12 Desember 2011.
Ia merasa bersyukur karena orangtuanya memberinya kesempatan untuk memilih hidupnya sendiri, tak harus mengikuti jejak mereka. "Saya diberi kesempatan melakukan apa yang saya inginkan. Jadilah saya memilih hidup seperti ini, dan saya menyukainya," ungkap Knox.
Knox tak sendiri, karena banyak anak muda yang berpikiran sama sepertinya. Filipina menjadi satu-satunya pilihan untuk mereka jadikan tempat tinggal karena ikatan kekeluargaaan, rasa kepemilikan, dan perasaan bahwa mereka lebih dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah di Flipina.
Iming-iming gaji yang berlipat ganda jika bekerja di luar negeri tak menggoyahkan mereka. Menurut Rey Tayag dari Asosiasi Kesejahteraan Pekerja Asing, guru hanya digaji 8000 peso atau sekitar Rp1,6 juta per bulan, sementara perawat digaji lebih rendah.
Di luar negeri, bahkan bekerja sebagai asisten rumah tangga saja gaji minimal yang didapat sebesar 10 ribu peso atau sekitar Rp2,1 juta. Kebanyakan anak muda yang memutuskan tinggal di Filipina adalah mereka yang lahir dari orangtua yang bekerja di luar Filipina.
Selama ini, mereka merasa menjalani kehidupan kosong karena harus terpisah dari orang tua. Tercatat banyak kasus penyalahgunaan narkoba, putus sekolah, dan kekerasan pada anak-anak yang tinggal terpisah dari orang tuanya.
Presiden Filipina Benigno Aquino III menaruh perhatian pada masalah ini, dan mengusahakan supaya di Flipina tersedia cukup lapangan kerja untuk anak-anak muda ini. Hal ini diharapkan dapat membuat lebih banyak anak Filipina di generasi mendatang bisa tetap tinggal serumah dengan orangtua mereka.
Artikel Terkait: