Dunia perfilman Prancis tampaknya siap menggusur kejayaan Hollywood. Hal ini terlihat dari film Prancis 'The Artist' yang secara mengejutkan meraih posisi teratas di penghargaan film bergengsi Piala Oscar.
Tak tanggung-tanggung, lima Piala Oscar disabet film ini. Termasuk diantaranya sutradara terbaik, aktor pemeran utama terbaik dan penghargaan puncaknya, film terbaik. Meski berkisah mengenai orang Amerika, banyak yang menyatakan film ini menunjukkan kedalaman dan keaslian karya Prancis.
Menurut Antoine de Clermont yang presiden UniFrance, perusahaan Prancis yang mempromosikan film negara itu di luar negeri, sukses 'The Artist' akan semakin melambungkan nama Prancis. Alasan yang ia kemukan sederhana, yakni karena profil nasional juga makin tenar.
"Pembeli asing akan melihat, setiap tahunnya kualitas film Prancis merata di semua genre. Mulai dari komedi, drama hingga animasi," ujarnya.
Jika dilihat dari sejarah, sudah sepantasnya jika film Prancis menjadi sorotan dunia. Pasalnya, di negara inilah sinema dilahirkan. Prancis membuat kontrubusi awal yang amat signifikan terhadap film dunia. Banyak gerakan sinema penting, terjadi di negara itu.
Ingat, Auguste dan Louis Lumiere yang orang Prancis adalah pencipta sinematografi (cinematographe). Banyak sejarawan menyatakan film L'Arrive d'un train en gare de La Ciotat buatan mereka yang dirilis pada 25 Januari 1896 adalah kelahiran sinematografi.
Namun saat ini, Prancis menempati posisi ketiga sebagai pasar film terbesar dunia setelah Amerika Serikat (AS) dan India. Dengan penjualan tiket mencapai 206,5 juta lembar pada 2010 dan 215,6 juta lembar per 2011, Prancis adalah industri film terbesar Eropa.
Prancis boleh bangga. Tak seperti Indonesia, masyarakatnya amat menghargai film nasional. Per 2010, pangsa pasar film produksi Hollywood di Prancis hanya 47,7%. Produksi komersial domestik masih berada di hati rakyat dengan 35% per 2010 dan 40% per 2011.
Dibandingkan negara lain di Eropa, sineas Prancis juga lebih mandiri. Dari film-film yang diproduksi, sekitar 80-90% biaya film bisa dipulihkan hanya dari pasar dalam negeri saja. Bahkan di Indonesia, jaringan bioskop seperti Blitzmegaplex sudah banyak memutarkan film Prancis.
Hambatan terbesar Prancis di dunia mungkin kendala bahasa. Sebagaimana diketahui, movie-goers film berbahasa Inggris masih tetap mendominasi pasar ketimbang bahasa Prancis. Meski teks terjemahan atau subtitle bisa memecahkan hal ini.
Tapi, negara-negara pengimpor film masih enggan membeli film berbahasa asing. Akibatnya, pasar film asing, termasuk Prancis, harus melakukan berbagai penyesuaian. Termasuk diantaranya, 'The Artist' yang setting-nya di Amerika.
Pemerintah Prancis juga amat mendukung dunia hiburan. Sebuah langkah serius sudah diambil untuk mendukung produksi film lokal hingga pembangunan bioskop. Beberapa pajak film dan televisi diringankan, serta dialihkan sebagai subsidi untuk produksi film.
Seperti di Hollywood, juga ada tax break atau semacam pemotongan pajak, untuk investasi di produksi film. Penjualan DVD dilarang hingga enam bulan setelah sebuah film ditayangkan di bioskop, agar pengusaha bioskop tak merugi.
Jalan film Prancis untuk menggusur Hollywood masih panjang. Sebab, film Hollywood sudah terlalu melekat di benak penikmat film dunia. Prancis kini sudah berada di jalur yang tepat untuk mencapai ambisi itu.
Artikel Terkait: