Para pakar kebijakan luar negeri dari Amerika Serikat menyatakan bahwa Indonesia telah mengalami perkembangan ekonomi dan demokrasi yang mengagumkan. Itulah sebabnya, bersama tiga negara lain, Indonesia dianggap sebagai negara yang tidak berpihak atau anti satu kekuatan tertentu, namun sudah punya pengaruh bagi tatanan global.
Penilaian itu disampaikan dua pengamat politik luar negeri dari AS, Richard Fontaine dan Daniel Kliman. Mereka menyampaikannya dalam suatu diskusi yang diselenggarakan Lembaga Persahabatan Indonesia - AS (USINDO) di Jakarta, 24 Juli 2012.
Presiden USINDO, Duta Besar David Merrill, menyoroti kemajuan Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir. "Keanggotaan Indonesia di G20, ekonominya yang stabil dan berkembang, pemerintahan yang demokratis, dan perannya dalam diplomasi regional dan internasional telah membuat negara ini sebagai kekuatan yang baru dalam tatanan internasional," kata Merrill saat membuka diskusi.
Dia juga menilai bahwa Indonesia masuk dalam kelompok yang sama dengan kekuatan-kekuatan baru lainnya, seperti Brazil, India, dan Turki. Mereka membawa kemampuan dan legitimasi bagi setiap upaya internasional. Ini yang membuat Indonesia menjadi pemain penting bagi kekuatan-kekuatan global saat ini, seperti AS, Eropa, China, dan Jepang.
Maka, seperti tiga negara di atas, Indonesia pun digolongkan sebagai "swing state" di tingkat global. Ketua lembaga pengkaji kebijakan luar negeri dari Center for a New American Security (CNAS), Richard Fontaine, menjelaskan bahwa istilah "swing state" ini diadopsi dari budaya politik Amerika Serikat.
"Istilah 'swing state' muncul dalam perpolitikan di AS. Ini selalu muncul setiap pemilu. Swing state ini berarti negara-negara bagian yang tidak didominasi oleh kekuatan salah satu partai, baik itu Demokrat atau Republik. Ini yang membuat swing state itu sangat menentukan bagi kemenangan seorang kandidat presiden dari salah satu partai," kata Fontaine.
Di tingkat global, Fontaine menilai Indonesia masuk dalam katagori swing state. "Ada negara-negara yang masuk dalam katagori itu. Selain Indonesia, ada Brazil, India, dan Turki. Mereka memiliki ekonomi yang besar dan berkembang dan pemerintahan yang demokratis. Mereka tidak berat sebelah atau anti ke salah satu kekuatan sehingga punya posisi yang berpengaruh dalam tatanan internasional," kata Fontaine.
Dia memberi beberapa contoh. "Sebagai inisiator Bali Democracy Forum dan anggota G-20, Indonesia telah berkontribusi dalam menentukan arah tatanan global saat ini," kata Fontaine.
Pengamat dari German Marshall Fund of the United States (GMF), Daniel Kliman, bahwa posisi Indonesia di tingkat sudah cukup terlihat di beberapa isu. "Ini bisa dikaji di sektor keuangan dan perdagangan, non-proliferasi nuklir, lingkungan hidup, dan HAM. Indonesia bisa berbagi pengalaman dalam menjalani transisi menuju demokrasi dan pemerintahan yang baik. Namun, ketimbang negara-negara lain, peran Indonesia ini masih terlihat kurang aktif," kata Kliman.
Artikel Terkait: