Tak sedikit orang yang minum obat cair seperti obat batuk atau flu dengan menggunakan sendok makan atau sendok teh. Penggunaan sendok makan tersebut ternyata meningkatkan risiko kesalahan pemberian dosis obat.
“Seperti diketahui banyak masyarakat yang mencari alternatif alat untuk minum obat, salah satunya dengan menggunakan sendok makan. Praktik ini sangat berisiko meningkatkan kesalahan dosis yang dapat berbahaya,” ujar Koert van Ittersum, asisten profesor di Georgia Institute of Technology di Atlanta, seperti dikutip dari HealthDay.
Dijelaskan van Ittersum bahwa hal tersebut sama dengan ukuran piring yang mempengaruhi berapa banyak orang tersebut makan. Hal ini berarti alat yang digunakan bisa memiliki efek terhadap dosis obat yang diberikan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh van Ittersum dan rekan telah dipublikasikan dalam Annals of Internal Medicine. Badan pengawas makanan dan obat Amerika Serikat (FDA) telah memberikan peringatan agar tidak menggunakan sendok makan untuk mengukur obat cair apapun.
Dalam melakukan studi ini, peneliti melibatkan 195 mahasiswa yang berkunjung ke klinik kesehatan di sekitar universitas. Setiap siswa diminta untuk menuangkan 5 ml obat batuk dengan alat pengukur, lalu siswa diminta mengulangi dengan menuangkan obat ke sendok.
Mahasiswa diminta untuk menungkan obat tersebut ke sendok teh dan sendok yang lebih besar yaitu sendok makan. Dalam hal ini juga dilihat tingkat keyakinan dari mahasiswa dalam menuangkan obat. Ternyata dosis yang ditemukan bervariasi tiap orang dan juga tergantung dari ukuran sendoknya.
Didapatkan bila menggunakan sendok teh kesalahan dosisnya lebih dari 8 persen dan jika menggunakan sendok yang lebih besar seperti sendok makan kesalahan dosis hampir 12 persen.
Obat cair yang dikonsumsi seperti obat batuk atau flu dengan dosis yang tidak tepat bisa mempengaruhi kesehatan. Jika dosis yang digunakan berlebih dan dalam jangka waktu yang panjang kemungkinan besar bisa memberikan konsekuensi nyata seperti efek samping dari obat itu sendiri. Risiko akan lebih besar lagi jika terjadi pada anak-anak.
“Situasi seperti ini menjadikan musuh terbesar adalah diri kita sendiri. Sebaiknya gunakan alat pengukur yang memang seharusnya digunakan agar bisa mengukur secara akurat dan menghindari over dosis,” ungkap van Ittersum.
Artikel Terkait: