Foto : Pembantai warga Afghanistan Sersan Bales (Reuters)
KANDAHAR - Beberapa orang warga Afghanistan mengatakan, tindakan pasukan Amerika Serikat (AS) melakukan pembantaian terhadap 16 warga sipil di Provinsi Kandahar adalah tindakan balasan atas serangan bom yang menewaskan pasukan AS.
Para warga Afghanistan mengaku, dirinya melihat pasukan AS berkumpul dan berbaris di Desa Mokhoyan setelah insiden ledakan bom terjadi pada 7 dan 9 Maret lalu. Para pasukan AS itupun dikabarkan merencanakan serangan balasan ke warga Afghanistan. Demikian seperti diberitakan Associated Press, Rabu (21/3/2012).
Warga Afghanistan di Desa Mokhoyan yakin peristiwa pembantaian itu adalah aksi balas dendam terhadap ledakan bom di Afghanistan. Salah seorang warga Afghanistan Naek Mohammad mengklaim, dirinya mendengar ledakan bom pada 8 Maret lalu.
Naek Mohammad mengatakan, salah seorang pasukan AS menuduh warga Afghanistan membela para militan dan pasukan AS itu langsung mengancamnya akan menghabisi anggota keluarganya. Hingga saat ini, tidak ada warga Afghanistan yang tahu, siapakah pasukan AS yang melontarkan ancaman tersebut.
Tersangka dari kasus pembantaian 16 orang warga Afghanistan Sersan Robert Bales kini berada di tahanan militer AS di Fort Leavenworth, Kansas. Pengacaranya mengatakan, bahwa Bales merupakan orang yang tertekan karena dirinya menyaksikan rekannya yang kehilangan kakinya akibat ledakan bom di Afghanistan.
Pengacara Bales juga tidak menyebutkan apakah peristiwa pengeboman yang menimpa rekan Bales adalah peristiwa pengeboman yang terjadi pada 7 dan 9 Maret lalu.
Bales meninggalkan basis militer AS yang terletak di Distrik Pajwal, Provinsi Kandahar pada 11 Maret lalu dan membantai warga sipil Afghanistan di Desa Balandi dan Alkozai. Peristiwa penembakan itu juga terbukti memperburuk hubungan AS dan Afghanistan.(AUL)
Artikel Terkait: