Seorang anak yatim piatu berusia enam tahun yang mengidap HIV hidup sebatang kara di gunung, Guangxi, ChinaJadi begini ane mencoba untuk menyingkat bacaan yang udah ada di Nyat* edisi 1 April 2011 di halaman 36-37.
Lokasi tempatnya ada di Kota Liuzhou, Guangxi, China menyimpan kawasan berbukit-bukit yang indah. Salah satunya Niuchepin di kaki Gunung Malu. Nah disalah satu rumahkecil yang terpencil, dan harus ditempuh dari jalan setapak. Rumah ini gak berjendela, tumpukan batu bata jadi tungku masak, dan di depannya ada ruang tidur. Nah disini nih tuh bocah tinggal gak punya sapa2 dijauhin temen2nya, namanya A Long (6thn). Orang tua dah meninggal karena HIV AIDS, dan A Long dinyatakan positive terkena HIV. Sejak jadi yatim piatu A Long hidup sendiri, dari bangun, mencuci pakaian, memberi makan ayam, anjing, masak, belajar sendiri.
Dijauhi Warga
Untuk makanpun nih di masak nasi sendiri, pas udh 10 menit dimasukin nih sayuran (btw sayuran ama daun bawang ditanem ama neneknya dideket rumah), setelah makananpun siap disajikan. A Long sangat menikmatinya. Sehari-hari A Long menghabiskan harinya dengan main dengan ayam atau anjing kesayangannya Lao Hei atau si Hitam. Biasanya dia main kejar-kejaran bersama Lao Hei atau gak cuma duduk liat ke jalan menuju dunia luar yang gak pernah dia lihat seperti apa. Anjing ini paling setia menemani A Long bahkan pintu kamarnyapun gak pernah ditutup karena A Long merasa aman denga keberadaan Lao Hei (si Hitam) yang selalu senantiasa jaga di pinturumah. Setiap kali A Long memanggil Lao Hei, Anjing ini pun langsung mengitari A Long dan akhirnya berpelukan dan A Long pun merasa senang dan tersenyum.
Ibunya meninggal setahun yang lalu, dan ayahnya meninggal bulan juli 2010. Yang paling setia menemani ayahnya sampai dipanggil yang kuasapun adalah A Long yang tetap tegar dan tidak menangis. "Paman ayah saya meninggal seperti ibu saya." katanya kepada wartawan. Hingga hari kedua ayahnya meninggal akhirnya datang bantuan dan ayahnya dapat dimakamkan.
Batal Mengadopsi
Sebenernya A Long sudah mw diadopsi oleh keluarga lain namun karena diketahui dikemudian ternyata A Long mengidap HIV akhirnya mereka mundur dan tidak jadi mengadopsi A Long. Hanya neneknya yang bersedia berkunjung ke Rumah A Long itupun tidak setiap hari. Saat neneknya datang itulah saat A Long dapat bermain lama, karena neneknya biasanya memasakan makanan seblum pulang, untuk hal mandi ataupun mencuci bisa dilakukannya sendiri. "Asal ada bangku menjemur pakaian beres," ujarnya. Kenapa neneknya tidak tinggal bersama A Long? itu dikarenakan ternyata Nenek A Long sedikit takut akan tertular HIV.
A Long sendiri tidak tahu apa itu HIV/AIDS, bahkan tidak tahu dia membawa virusHIV/AIDS, yang dia tahu temen2nya ngejauhin dia gara2 takut celaka, atau dilarang. Dan dia sudah dikeluarkan dari sekolah karena banyak wali murid yang menuntut kepala sekolah untuk mengeluarkannya.
Ada cerita tentang saat dia masak, "tangannya terbakar saat memasak, tak seorangpun tahu, selang sehari ada warga yang membawanya ke klinik, tapi klinik tidak bersedia mengobati, jadi karena hal itu kami hanya mengoleskan salep Merbromin (semacamantiseptic)," kata seorang warga
A Long sangat butuh bantuan tapi pemerintah desa hanya bisa menjamin makanan dan pakaian. Ada juga beberapa dermawan memberikan bantuan. Departemen sosial, hanya memberikan jaminan kesejahteraan, dan keamanan sosial. Tahun lalu dia mendapat 70yuan per bulan, tahun ini dia mendapt 100 yuan (Rp. 133.000)per bulan. Hal ini masih jauh dari cukup karena hal pendidikan dan kesehatan belum dijamin.
Anak Yang Tegar
Kalau sudah begini anak ini tanggung jawab siapa? LSM sudah dihubungi namun LSMpun berharap dari keluarga dibujuk untuk mengadopsi karena dari segi manapun kasih sayang keluarga sangat dibutuhkan.
Di saat orang sekita belum bisa berbuat banyak untuk dia namun A Long tetap tegar. Dia merasa memiliki ayam, anjing, nenek, dan orang-orang baik yang kadang mengunjungi. Bagi A Long itu sudah cukup.
Bayangkan anak sekecil ini dan semenderita ini masih bisa tertawa saat bersama anjingnya. A Long tetap menyantap makanannya walupun tanpa minyak dan garam, dia tetap memakannya dengan semangat. dia bertanya kapan dia mendapat kasih sayang, kapan dia bisa jadi anak 'normal'? namun semuanya itu dijawan dengan ketegarannya.
A Long belajar membaca sendiri
Masakan nasi dan sayur ala A Long
Manggul kayu buat kayu bakar
Ane cuma mw coba mengingatkan ke agan-agan sekalian, yang masih saja mau menghambur-hamburkan uang, yang cuma mw hura-hura, yang masih mw menyesali kenapa hidupnya seperti saat ini, tidak puas akan kondisi saat ini, tidak pernah mw liat kehidupan kaum marginal, masih bilang dijauhi teman-teman, masih mw bilang makanan gak enak, masih mw bilang orang tua gak sayang, masih mw bolos sekolah? (dan masih banyak pertanyaan lain yang bisa kita refleksikan sendiri)
Coba agan-agan sekalian liat kembali kehidupan anak tersebut dijauhi, gak dpt kasih sayang, berjuang untuk survive, dan masih ingin merasakan dunia luar seperti apa. Masih bercita-cita. sendangkan kita yang bercukupan, masih bisa dpt kasih sayang, masih bisa hidup setidaknya dengan layak, masih mw mengeluh? kita bisa liat anak kecil 6 tahun gak punya apa-apa gak punya siapa-siapa tapi masih tetep bisa tersenyum dan berusaha.
Maap panjang-panjang sekedar sharing mohon maap atas kesalahan katanya terima kasih tolong ini direnungkan.[detikhots.info]