Seanti apapun terhadap kata “galau”, nyatanya tidak bisa dipungkiri kalau sebagian besar dari kita sering di sentuh oleh kegalauan. Penyebabnya yang beragam berbanding lurus dengan akibatnya yang beragam pula. Seseorang yang kelihatannya seperti tanpa masalah, kadang sebetulnya memiliki problem yang sangat pelik. Disitulah kecerdasannya bermain, ia mampu mengendalikan persoalan yang ada didalam dirinya supaya tidak mengakibatkan sesuatu yang negatif.
Galau dan emosi ibarat satu paket yang sangat sulit dipisahkan. Tapi, seperti pepatah bilang yang mengatakan “musuh terbesar dalam hidup kita adalah diri kita sendiri”. Musuh ibarat masalah, dan para pemikir dunia sering berkata : “disitu masalahnya, maka disitulah solusinya“. Di dalam diri kita masalahnya, maka disitulah solusinya. Sekarang, coba kita urai apa yang paling melekat dalam diri kita. Di dalam diri kita kurang lebih ada bakat, hobi, keluarga, sahabat, dan Tuhan.
Ketika rasa galau melanda, mungkin salah satu (atau bahkan lebih) dari kelima hal tersebut bisa menjadi alternatif sebagai penetralisir kegalauan. Itu semua memang tidak bisa menjamin 100% persoalan kita selesai, tapi bisa memberi peluang kepada kita untuk bisa menyelesaikan persoalan yang ada, salah satunya yaitu me-refresh pikiran kita yang bisa jadi sudah overheat. Dengan kondisi pikiran yang kembali adem, fresh, dan rileks, setidaknya kita punya amunisi baru untuk menyelesaikan maslah. Satu hal lain yang harus di ingat adalah “jangan mengambil keputusan ketika emosional, karena itu cenderung menimbulkan rasa sesal”.
Cobalah telaah apa hobi positif yang paling kita sukai. Suka main musik ?, menyanyi ?, melukis ?, menulis ?, main futsal ?, atau yang lainnya ?, tidak ada salahnya melakukan itu disaat kita sedang dirundung masalah. Untuk melakukan hal-hal yang disukai, kita akan cenderung melakukannya dengan senang hati dan tidak akan dirasa seperti sebuah beban yang menambah berat persoalan.
Apabila tidak sanggup untuk menemukan solusinya sendiri, mulailah terbuka kepada keluarga terdekat, khususnya orang tua. Merekalah orang-orang pertama yang selalu membuka pintu kepercayaan buat kita. Terbuka saat menghadapi masalah jauh lebih baik ketimbang dikemudian hari keluarga kita tahu dari orang lain kalau diri kita bermasalah, apalagi kalau masalahnya sudah beranak-pinak alias ber efek domino.
Selain keluarga, alternatif lainnya adalah sahabat. Disnilah kita akan menyadari, bahwa sebetulnya kita tidak bisa hidup sendiri, dan tetap butuh orang-orang yang setia setiap saat. Sebaik-baiknya sahabat adalah mereka yang tidak akan membiarkan diri kita rusak apalagi membuat diri kita rusak.
Yang paling mutlak solusi dari semua persoalan adalah dengan tidak mengesampingkan eksisteni Tuhan.
Beberapa orang yang sudah terbiasa menghadapi persoalan (kegalauan) berpendapat kalau galau itu sebetulnya bersifat sementara. Kenapa disebut sementara ?, karena kita pasti mampu melewatinya selama tidak menjadi orang yang putus asa. Kalau itu sementara, berarti tidak ada alasan buat kita untuk membuatnya menjadi sesuatu yang abadi. Kang nggak lucu kalau seorang laki-laki galaunya abadi.
“A man sooner or later discovers that he is the master-gardener of his soul, the director of his life.”
James Allen
Judul : Mengendalikan Rasa Galau
Deskripsi : Seanti apapun terhadap kata “galau”, nyatanya tidak bisa dipungkiri kalau sebagian besar dari kita sering di sentuh oleh kegalauan. Penyeba...