China mungkin telah meraih segala mimpinya; kemajuan ekonomi, harga diri sebagai bangsa, juga keluwesan untuk berkreasi apa saja. Dalam kewarasannya, mereka menyuguhkan banyak sekali ide gila.
Masih di atas pesawat Boeing 737-800 Air China. Dari sisi jendela kursi nomor delapan, saya hanya bisa melihat lapisan warna hitam-putih-kelabu, saling tumpang di antara perbukitan kota Qingdao (baca = Cing tao). Pramugari, dengan bahasa Inggris cadel khas gaya tutur orang Mandarin, menyebut hanya tinggal beberapa menit lagi untuk mendarat di kota pesisir timur Tiongkok, yang masuk wilayah Provinsi Shandong itu.
Pict
Mohon Di Like Dulu
"Klik LIKE di Like Box Facebook"
Terimakasih
Tak seperti Dalian, di mana bandara berada di tengah kota, Liuting International Airport Qingdao dikelilingi lahan perkebunan, sehingga tampak seperti berada di pinggiran. Ini adalah penerbangan domestik kedua saya bersama rombongan Indonesia China Business Council (ICBC), setelah sebelumnya terbang dari Beijing ke Dalian. Dari Qingdao, perjalanan dilanjutkan lewat darat menuju Weifang, sebuah kota pertanian yang sangat maju.
Sepanjang express way Qingdao-Weifang, yang tampak di kiri-kanan adalah perkebunan; dan sesekali kawasan permukiman dengan flat-flat menjulang yang tampak baru dibangun. Shandong memang terkenal sebagai provinsi dengan lahan pertanian yang teramat luas. Tetapi itu dulu. Sekarang, bukan soal luasnya saja yang terkenal. Kemajuan teknologi pertaniannya juga semakin populer di seluruh jagat.
Sesampai di Weifang, rombongan langsung diajak ke Shouguang State Level Vegetable Hi-tech Demonstration Garden, sebuah? area perkebunan contoh yang sekaligus menjadi pusat penelitian pengembangan varietas tumbuh-tumbuhan baru. Mungkin mirip Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) kalau di negeri kita. Di tempat ini, mata siapa pun dijamin terbelalak melihat bagaimana China mengembangkan teknologi pertaniannya.
Shouguang merupakan area seluas 40 hektare, dengan 7 bangunan besar (hall) berbentuk rumah kaca, yang masing-masing berisi aneka macam varietas baru yang tengah dikembangkan. Didesain dalam bentuk taman-taman indah dan warna-warni. Selain jadi tempat penelitian, hall-hall itu memang disiapkan untuk kunjungan wisata, sekaligus tempat produksi buah-buah segar. Lantainya berkarpet dan di setiap sudut ada blower panas-dingin yang bisa disetel menyesuaikan suhu di musim apa pun.
Ada labu yang bukan saja ukurannya segede gentong, dengan diameter lebih dari satu meter, tetapi juga ditanam dengan cara “dirambatkan” di langit-langit. Ada ubi kayu yang dalam logika umum selama ini harus “berbuah” di dalam tanah, di tempat itu dibikin tumbuh menggantung. “Di Shouguang, tidak ada yang biasa. Semua adalah baru dan, mungkin, tak pernah Anda bayangkan sebelumnya,” kata Mu Hongwei, salah seorang peneliti di Shouguang yang menemani rombongan ICBC melihat-lihat ragam keajaiban tumbuh-tumbuhan di tempat itu.
Saya sendiri semula mengira labu-labu raksasa berwarna kuning, hijau, merah, itu hanyalah hiasan belaka. Ternyata tidak. Itu labu benar-benar tumbuh dan terus membesar, membesar dan membesar, seperti halnya buah-buah lain yang juga diciptakan menjadi aneh. Ada semangka yang buahnya tumbuh memanjang hingga lebih 1 meter, dengan lingkar sebesar batang pisang. Ada lagi terong bundar, yang kalau di pasar-pasar tradisional kita ukurannya hanya sejempol, di tempat itu membesar sampai seukuran bola tenis.
Tapi tidak semua yang kecil dibesarkan. Ada juga varietas tomat baru yang direkayasa menjadi seukuran buah anggur. Rasanya manis-manis asam, berwarna merah segar. Ini buah yang sedang favorit di Tiongkok sekarang, karena disuguhkan di restoran-restoran sebagai pendamping sajian buah-buahan punutup makan, yang selama ini biasanya hanya berisi pepaya, melon dan semangka. Petani China bukan saja merevolusi ukuran tomatnya, tetapi juga mengubah kebiasaan tomat sebagai sayur menjadi tomat sebagai buah.
Yang menarik, satu pokok pohon tomat itu bisa menghasilkan buah hingga 1,6 ton setahun, dan terus berbuah tanpa mengenal musim. Setiap pohon tomat memiliki cabang-cabang yang dibikin merambat dalam radius hingga 10 meter persegi, bergelantungan benar-benar mirip anggur.?
Buah-buahan yang dihasilkan dalam kebun rumah kaca yang tertutup itu, selama ini dipasok untuk kebutuhan seluruh Tiongkok. Bermacam-macam eksperimen dilakukan secara berani. Lombok ditanam di dalam pot-pot kecil dan sudah berbuah meski tingginya tak lebih dari 10 cm. Mangga, durian, atau juga rambutan, direkayasa hingga berbuah sepanjang tahun tanpa mengenal musim. Para peniliti juga bermain-main dengan warna dan ukuran. Makanya untuk labu saja ada lebih dari 30 jenis.
Setiap tahun, Pemprov Shandong memfasilitasi sebuah pameran agrikultur besar-besaran di Weifang, dengan tema Shouguang International Vegetable Fair. Tahun ini merupakan tahun ke delapan pameran komoditi aneka buah dan sayur itu. Di pameran inilah ditunjukkan hasil-hasil rekayasa pertanian, sayur-sayur dan buah organik, juga kreasi-kreasi unik petani Tiongkok.
Pict
Mohon Di Like Dulu
"Klik LIKE di Like Box Facebook"
Terimakasih
China memang terus bergerak dalam inovasi yang membuat dunia berdecak. Negeri berpenduduk 1,3 miliar jiwa ini sekarang bukan saja dilirik karena potensi pasarnya yang luar biasa besar, tetapi juga basis industri apapun juga. Pabrik-pabrik manufaktur kelas dunia bertumbuhan bak jamur. Merek-merek kelas atas tak segan lagi buka cabang di sana. Kota-kota pelosok di China pun ikut-ikutan maju, membesar, meraksasa. Jepang sudah lewat. Amerika sebentar lagi. Kita tinggal menunggu waktu, yang mungkin tak lagi lama, China menguasai (ekonomi) dunia.