TANGERANG (Pos Kota) – Seorang calon taruna Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) meninggal dunia ketika mengikuti OSPEK di kampusnya Jalan Raya Karang Serang, Kecamatan Sukadiri, Kabupaten Tangerang, Kamis (12/7) malam. Kuat dugaan korban dianiaya oleh seniornya. Pasalnya, pihak keluarga menemukan kejanggalan pada tubuh korban, sejumlah luka lebam ditemukan di sekujur tubuh korban.
Untuk memastikan penyebab kematian korban, polisi membawa jenazah Erpin Yuliantoro,19, ke kamar mayat RSU Tangerang untuk diotopsi. Sedangkan pihak BP2IP membantah jika kematian Erpin karena dianayia oleh seniornya.
Ditemui di rumah korban di Villa Regency, Jalan Bumi Raya VI, No. 7, Rt 07/07, Kelurahan Gebang Raya, Kecamatan Periuk, Kota Tangerang, Samsul,40, kerabat keluarga korban mengatakan, pihak BP2IP menghubungi orangtua korban sekitar pukul 22.30. Dalam percakapan telepon tersebut, pihak BP2IP mengatakan jika anak kedua pasangan Mulyono,50 dan Ny Sundari,45, itu dibawa ke rumah sakit karena mengalami kesurupan ketika mengikuti OPSPEK dihari ke 4 di kampus BP2IP.
Sesampainya di rumah sakit, Ny Sundoro kemudian terkejut ketika melihat tubuh anak keduanya itu sudah terbujur kaku di kamar mayat RSU Tangerang. Pihak keluarga korban pun menemukan kejanggalan berupa luka lebam di sekujur tubuhnya. Pihak keluarga menduga jika Erpin tewas setelah dianiaya seniornya ketika sedang mengikuti ospek di BP2IP. Pihak keluarga pun kemudian melaporkan kejadian tersebut ke Polres Kota Tangerang.
Kematian Erpin secara misterius itu membuat luka yang paling dalam bagi kedua orangtua korban. Pasalnya sejak mengikuti ospek di BP2IP, sejak menjadi calon taruna, Erpin tidak pernah mengalami masalah apapun soal kesehatan. Namun baru 4 hari mengikuti ospek, pihak keluarga mendapat kabar jika Erpin sudah meninggal dunia. ”Kesehatannya baik, dan tidak ada penyakit apa-apa, kalaupun ada mana mungkin diterima di BP2IP,” kata Samsul.
Kepala BP2IP Mariho Simanjuntak membantah jika kematian calon taruna atas nama Erpin Yuliantoro itu akibat penganiayaan yang dilakukan oleh seniornya. Dalam menjalani orientasi di BP2IP, calon taruna itu di damping instuktur yang merupakan pegawai BP2IP bukan taruna senior. “Saya rasa tidak ada penganiayaan oleh senior. Diklat orientasi pembelajaran yang dilaksanakan selama lima hari seluruhnya dilaksanakan oleh panitia instruktur BP2IP,” katanya.
Menurut Kepala Unit Kerja Sama Pelayanan dan Alumni BP2IP, Amirullah menjelaskan kronologis proses orientasi yang mengakibatkan Erpin Yuliantoro tewas. Pada hari pertama Rabu (11/7) semua taruna, termasuk Erfin, mengikuti kegiatan mulai dari apel, ceramah hingga latihan lari.
Namun ketika lari, instruktur pendamping melihat Erfin berlari di posisi paling belakang. Instruktur pun kemudian menanyakan apakah Erpin masih bisa mengikuti kegiatan. Erfin jawab masih siap mengikuti kegiatan. Karena melihat kondisinya sudah letih, instruktur pun merekomndasikan Erpin ke poliklinik BP2IP untuk ditangani tim medis. Setelah diberikan penanganan yang baik, Erfin meminta izin untuk kembali mengikuti kegiatan. Ia pun mengikuti semua kegiatan sampai malam hari.
Pada hari kamis (12/7), Erfin masih mengikuti kegiatan OSPEK, mulai dari apel hingga baris berbaris, sampai pukul 09.00 WIB. Setelah kegiatan itu, instruktur pendamping atau pembina harian, mengumumkan kepada semua calon taruna yang merasa sakit dan tidak sanggup mengikuti kegiatan agar segera ke poliklinik untuk mendapat perawatan.
“Lalu Erfin izin ke klinik karena telapak kakinya lecet. Hal itu bisa disebabkan karena penggunaan sepatu laras. Ia istirahat sampai pukul 11.00 WIB, kemudian dia menuju tenda peristirahatan dan tertidur hingga tidak ikut makan siang,” tambah Amirullah.
Erfin pun dibangunan salah satu instrukur, David Rikardo, lalu diperintahkan untuk mengikuti makan siang bersama taruna lainnya. Saat bergabung, Erfin makan dengan lahap, namun intruktur melihat ada keganjilan. “Dia makan buah melon berikut dengan kulitnya. Setelah itu tangannya mulai gemetar. Instuktur David langsung mengadukan ke kordinator lapangan, Hari Gunanto. Kemudian Erfin dibawa ke poliklinik,” ungkapnya.
Kapolres Kota Tangerang, Kombes Bambang Priyo Andogo mengatakan saat ini pihaknya masih melakukan penyelidikan. Untuk memastikan penyebab kematian Erpin, polisi masih melakukan penyelidikan dan menunggu hasil otopsi dan visum. “Kami masih menunggu hasil otopsi untuk mengetahui penyebab kematian korban,” ungkap kapolres.(imam/)